Wednesday, November 17, 2010

Agenda Media dalam Mempengaruhi Agenda Publik


Oleh: Fachrur Rizha, S.Sos.I, SP, M.I.Kom

Pengaturan agenda (Agenda Setting) adalah upaya media massa dalam mengatur suatu topik menjadi topik penting dengan lebih menonjolkan topik tersebut dalam penyampaian informasi kepada masyarakat luas atau publik. Agenda setting media ternyata berdampak kepada agenda publik. Berita atau topik yang dianggap penting oleh media ternyata juga menjadi penting oleh publik. Bahkan agenda setting juga mempengaruhi perubahan sikap masyarakat terhadap suatu hal. Media senantiasa dijadikan sebagai rujukan untuk melihat penting dan tidaknya suatu hal dan mengarahkan persepsi masyarakat dalam menilai suatu kasus yang diberitakan oleh media massa.

1. Pendahuluan
Secara perkembangannya, media massa di Indonesia saat ini jauh lebih berkembang dan berkiprah dibandingkan masa-masa sebelumnya. Saat ini media massa di Indonesia mulai bertumbuhan di mana-mana dan bisnis media massa juga mulai menjadi perhatian utama bagi para pengusaha, elit politik dan sejumlah investor. Hal ini juga tidak terlepas dari kebebasan yang dimiliki media pascapemerintahan orde baru yang menjadikannya dapat lebih bebas dalam memberitakan setiap kasus yang terjadi tanpa mengkhawatirkan akan adanya intimidasi dan pembredelan yang akhirnya menutupi berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Perkembangan dan kebebesan tersebut menjadikan media lebih peka terhadap berbagai isu-isu politik, ekonomi, sosial dan budaya yang seakan tak pernah luput dari jangkauan pemberitaan media. contohnya berbagai kasus pilitik yang berkembang seperti kasus-kasus korupsi, persidangan para elit pejabat dan politik hingga penderitaan masyarakat miskin setiap saat menghiasi media cetak dan elektronik.

Harold Lasswell (1948,1960), sarjana komunikasi dan professor hukum di Yale, mencatat tiga fungsi dari media massa: pengawasan lingkungan; korelasi bagian-bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan hidup; dan transmisi sosial warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain fungsi ini, media mungkin juga memiliki disfungsi, atau konsekuensi yang tidak diinginkan oleh masyarakatnya. Sebuah tindakan media mungkin saja bisa fungsional dan disfungsional.

Pengawasan,menginformasikan dan penyedia berita. Dalam melaksanakan fungsi ini media seringkali memperingatkan kita dari bahaya seperti yang ekstrim dan kondisi cuaca yang berbahaya atau ancaman situasi militer. Korelasi, adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering memberikan kritik dan menentukan bagaimana seharusnya bereaksi terhadap peristiwa. Transmitter budaya, fungsi media untuk mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma-norma dari satu generasi ke yang lain dari anggota masyarakat untuk pendatang baru. Dalam hal ini mereka melayani untuk meningkatkan kohesi sosial dengan memperluas basis pengalaman umum.

Salah satu cara yang digunakan dalam mempengaruhi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas dalam upaya menarik perhatian dan menggiring publik untuk mengukuti keinginan dan isu-isu yang ditampilkan, maka media massa mengatur agenda pemberitaannya. Perkembangan media massa semakin menjadikan masyarakat sangat terikat dengan apa yang disajikan dan seakan menjadikan mereka menjadi pasif. Agenda pemberitaan media massa ini dalam ilmu komunikasi dikenal dengan teori agenda setting atau pengaturan agenda.

Pengkajian mengenai pengaruh agenda media massa ini dinilai sangat penting dalam upaya melihat sejauh mana media massa mempengaruhi masyarakat serta dampak penyampaian informasi yang dianggap penting dan menjadi headline di media massa juga menjadi perhatian utama masyarakat dalam keseharian mereka.

2. Pembahasan

2.1 Teori Agenda Setting
Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya berjudul “The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quartely No. 37. Ketika diadakan penelitian tentang pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1968 ditemukan hubungan yang tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh pemilih. Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut bagi khalayak. Selain itu dalam studi ini, McCombs dan Shaw menemukan bahwa media sangat berpengaruh dalam menceritakan pembaca dan pemirsa apa yang harus dipikirkan, dan mereka menciptakan istilah penetapan agenda untuk menggambarkan proses ini.

Profesor jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw menganggap Watergate sebagai contoh sempurna dari fungsi penetapan agenda media massa. Mereka tidak terkejut bahwa setalah berbulan-builan isu Watergate terbakar masih diberitakan di halaman depan dari Washington Post. McCombs dan Shaw percaya bahwa “media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer item arti penting dari agenda berita mereka ke agenda publik”. Mereka tidak menyarankan bahwa setiap siaran televisi dan cetak membuat usaha yang disengaja untuk mempengaruhi pendengar, pemirsa, atau pendapat pembaca pada masalah. Wartawan di dunia bebas memiliki reputasi untuk kemerdekaan dan keadilan. Tapi McCombs dan Shaw mengatakan bahwa kita melihat berita profesional untuk petunjuk di mana memusatkan perhatian kita. "We judge as important what the media judge as important”.

Model agenda setting menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi fokus penelitian telah bergeser dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek kesadaran dan efek pengetahuan. Asumsi dasar teori ini, menurut Cohen (1963) adalah : The press is significantly more than a surveyor of information and opinion. It may not be successful much of the time in telling the people what to think, but it stunningly successful in telling leaders what to think about. To tell what to think about. artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik pemilihan yang menonjol, media memberikan test case tentang isu apa yang lebih penting. Asumsi agenda setting model ini mempunyai kelebihan karena mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa. oleh karena itu agenda setting model menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.

2.2 Pokok Teori Agenda Setting

McCombs dan Shaw, penetapan agenda hipotesis adalah salah satu yang relatif mudah. "Agenda setting adalah proses di mana berita media memimpin masyarakat dalam menetapkan kepentingan relatif untuk berbagai isu publik" (Zhu dan D Blood, 1997). Agenda media mempengaruhi agenda publik tidak dengan mengatakan "masalah ini penting" dalam sebuah cara terang-terangan, tetapi dengan memberikan lebih banyak ruang dan waktu untuk masalah itu dan dengan lebih menonjolkannya. Artinya, jika berita utama dari koran, pers dan kisah utama tentang semua siaran televisi menyoroti sebuah penelitian yang menggembar-gemborkan mengenai kolesterol dalam meningkatkan penyakit jantung, masalah ini mungkin harus dilihat sebagai item penting pada agenda publik.

McCombs dan Shaw (1972) investigasi fenomena ini cukup lurus ke depan. Para peneliti ini pertama melakukan analisis isi surat kabar dan liputan televisi pemilihan presiden tahun 1968. Analisis isi ini dianggap sebagai ruang dan waktu yang diberikan kepada berbagai isu (misalnya, kebijakan luar negeri, hukum dan ketertiban, kesejahteraan umum, hak-hak sipil, dan kebijakan fiskal) dan menjadi sebagai sebuah representasi dari agenda media. McCombs dan Shaw kemudian melakukan interview 100 pemilih di Chapel Hill, North Carolina, area, dan bertanya kepada mereka apa yang mereka percaya isu-isu yang paling penting.

Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu: apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak; dari semua isu, mana yang dianggap paling penting menurut khalayak; sedangkan efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang persitiwa tertentu) atau tindakan seperti memilih kontestan pemilu atau aksi protes. Jadi, kedua efek ini sangat mempengaruhi khlayak, sehingga dapat dikatakan bahwa media mempunyai andil yang besar dalam mengarahkan persepsi publik terhadap suatu hal. Seperti halnya citra seseorang atau perusahaan tertentu juga sangat ditentukan oleh agenda pemberitaan media dalam menyampaikan kepada masyarakat banyak.

Mengikuti pendapat Chaffed and Berger (1997) ada beberapa catatan penting yang perlu dikemukakan untuk memperjelas teori ini:
1.Teori ini mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang sama-sama menganggap penting suatu isu.
2.Teori ini mempunyai kekuatan memprediksikan sebab bahwa jika orang-orang mengekspos pada satu media yang sama, mereka akan merasa isu yang sama tersebut penting.
3.Teori ini dapat dibuktikan salah jika orang-orang tidak mengekspos media yang sama maka mereka tidak akan mempunyai kesamaan bahwa isu media itu penting.

Sementara itu, Stephen W. Littlejhon (1992) pernah mengatakan, agenda setting ini beroperasi dalam tiga bagian sebagai berikut:
1.Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda setting media itu terjadi pada waktu pertama kali.
2.Agenda media dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan, seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda publik dan bagaimana publik itu melakukannya.
3.Agenda pubik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu.
Dengan demikian, agenda setting ini memprediksikan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik, semantara agenda publik sendiri akhirnya mempengaruhi agenda kebijakan.

Untuk lebih jelasnya tiga agenda (agenda media, agenda publik dan agenda kebijakan) dalam teori agenda setting ini, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard Jr, 1992) sebagai berikut:
1.Agenda Media terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a.Vasibilty (vasibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita
b.Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c.Valience (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.
2.Agenda khalayak, terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a.Familiary (keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.
b.Personal salience (penonjolan pribadi), yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi.
c.Favorability (Kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.
3.Agenda kebijakan terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a.Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
b.Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c.Freedom of action ( kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

Ada dua level penyusunan agenda. Pertama menetapkan isu umum yang dianggap penting dan kedua menentukan bagian atau aspek dari isu tersebut yang dianggap penting. Dalam banyak cara, tingkat kedua sama pentingnya dengan tingkat pertama, karena memberi kita cara untuk membuat kerangka isu-isu yang mendasari agenda masyarakat dan media. Sebagai contoh, media mungkin memberitahu kita bahwa harga minyak dunia merupakan sebuah isu penting (tingkat pertama), tetapi media juga memberitahu kita bagaimana memahami perkembangan ini sebagai pengaruh dari tindakan ekonomi Amerika Serikat (tingkat kedua).

Siune dan Borre mendapati adanya tiga jenis pengaruh penyusunan agenda. Pertama, tingkat di mana media merefleksikan agenda masyarakat yang disebut representasi (representation). Dalam agenda representasional, masyarakat mempengaruhi media. Kedua, pemeliharaan agenda yang sama oleh masyarakat sepanjang waktu yang disebut dengan ketetapan (persistence). Dalam agenda masyarakat yang tetap, media memiliki sedikit pengaruh. Ketiga, terjadi ketika agenda media mempengaruhi agenda masyarakat disebut juga dengan persuasi (persuasion). Jenis pengaruh yang ketiga ini media mempengaruhi masyarakat tepat seperti apa yang diperkirakan oleh teori klasik tentang penyusunan agenda.

Katherine Miller dalam Communication Theories menjelaskan McCombs, Shaw, dan Weaver (1997) membuat perbedaan antara tingkat pertama dan tingkat kedua penetapan agenda. Tingkat pertama penetapan agenda berhubungan dengan objek di media dan agenda publik. Ini adalah domain tradisional penyusunan agenda penelitian di mana media mempengaruhi apa yang dilihat sebagai isu-isu tersebut tersedia pada agenda publik. Sebaliknya tingkat kedua penetapan agenda atribut menganggap objek-objek ini. Pada tingkat ini, media tidak hanya menyarankan apa yang publik pikirkan, tetapi juga mempengaruhi harus berpikir tentang masalah ini. Sebagai contoh, pemeriksaan tingkat pertama penetapan agenda mungkin menyimpulkan bahwa kesejahteraan liputan media reformasi telah menetapkan topik sebagai agenda untuk umum. Tingkat kedua penetapan agenda akan berpendapat bahwa media juga ada masalah ini dalam cara-cara tertentu yang mungkin pro-kesejahteraan reformasi atau anti-reformasi kesejahteraan. Ini pindah ke tingkat kedua penetapan agenda bertentangan klasik agenda setting kutipan Cohen. Yaitu, tingkat kedua menunjukkan bahwa penetapan agenda media memang berpengaruh dalam menceritakan apa yang dipikirkan publik.

2.3 Agenda Setting dalam Pemberitaan Media Massa di Indonesia
Teori penyusunan agenda ini menjelaskan jika media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaanya, sedangkan masyarakat mengikutinya. Menurut asumsi teori ini, media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus diilhat, tokoh siapa yang harus didukung.

Coba perhatikan hal-hal yang kita anggap penting untuk dibicarakan dalam pertemuan antarpribadi. Hal-hal itu pulalah yang menjadi pusat perhatian media. Memang, kita dapat mengatakan bahwa tidak ada peristiwa penting dapat terjadi tanpa liputan media massa. jika memang media tidak meliputnya, hal itu berarti tidak penting. Akan tetapi, apakah media memusatkan perhatian hanya pada suatu peristiwa yang memang benar-benar penting atau perhatian medialah yang membuat peristiwa menjadi penting. Sebenarnya, media mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian kita pada subjek tertentu yang diberitakan media massa. ini artinya, media massa menentukan agenda kita.

Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada suratkabar, frekuensi penayangan, posisi dalam suratkabar, posisi dalam surat kabar).

Misalnya berita mengenai perseteruan antara KPK dan Polri yang terus menerus disiarkan dalam waktu rata-rata mencapai 2 jam atau lebih dalam siaran televisi dan disajikan pada surat kabar dengan mengisi hampir setengah halaman muka, berarti berita mengenai KPK dan Polri tersebut ditonjolkan sebagai liputan atau informasi utama yang harus disampaikan kepada publik. Karena terus diberitakan atau disiarkan hanya dalam beberapa hari berita tersebut menjadi pembicaraan dalam kehidupan masyarakat dan menjadi agenda publik yang dianggap penting.

Dalam hal pemberitaan kasus KPK dan Polri yang mengedepankan proses penangkapan Bibit-Candra. Media massa mengagendakan berita mengenai hal tersebut sebagai berita yang paling diutamakan untuk disajikan kepada masyarakat. Pemberitaan mengenai hal tersebut juga mendominasi informasi pemberitaan di sejumlah media massa, baik televisi, radio maupun cetak. Sehingga agenda mengenai pemberitaan KPK tersebut menjadi pembicaraan dan perhatian utama masyarakat untuk mencari tahu dan mengamati apa yang terjadi dalam kasus tersebut. Agenda mengenai pemberitaan tersebut akhirnya mengalahkan berbagai pemberitaan lainnya.

Dengan penayangan pemberitaan mengenai kasus KPK vs Polri tersebut yang dijadikan sebagai hal yang dianggap penting oleh media massa kemudian mempengaruhi masyarakat untuk juga menganggap jika itu menjadi agenda yang penting. Sehingga masyarakat menjadi lupa dengan pemberitaan lainnya yang sebenarnya juga tidak kalah pentingnya. Seperti halnya berita musibah gempa bumi yang terajadi di Bima Nusa Tenggara Timur yang juga merenggut korban jiwa dan menghancurkan ratusan rumah dan bangunan lainnya seperti sekolah, namun berita mengenai musibah tersebut seakan menjadi tenggelam akibat pemberitaan kasus KPK dan Polri yang terus menjadi sorotan media massa.
Kasus pemberitaan lainnya yang seakan terus menjadi agenda utama dari media massa akhir-akhir ini adalah mengenai kasus persidangan mantan ketua KPK Antarsari Azhar dan kasus skandal Bank Century yang juga berdampak kepada banyaknya unjukrasa dari berbagai kalangan masyarakat yang menuntut dicopot dan diproses secara hukum sejumlah elit politik seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Presiden Boediono serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pemberitaan terus menurus bahkan penayangan sidang Panitia khusus (Pansus) Bank Century DPR RI secara langsung oleh TV One yang dapat ditonton oleh jutaan rakyat Indonesia menjadikan topik ini menjadi hangat dalam pembicaraan di kalangan masyarakat luas, baik itu yang berpendidikan tinggi, menengah bahkan bawah pun ikut mendiskusikan hal tersebut dalam aktivitas kesehariannya. Agenda berita yang menjadikan berita itu sebagai agenda utama secara tidak langsung ternyata juga menjadi agenda utama dalam pembicaraan keseharian tiap orang di Indonesia.
Begitu juga halnya dengan kasus persidangan Antasari Azhar. Menjelang persidangan keputusan pengadilan mengenai hukuman yang akan dijatuhi kepada mantan Ketua KPK tersebut, sejumlah media terutama media televisi terus memberitakan secara langsung situasi di rumah dan keluarga Antasari Azhar. Baik itu mengenai persiapan keluarga menjelang keputusan pengadilan bahkan suasana pengajian di rumah Antasari Azhar. Hal ini juga berdampak dan menggiring persepsi masyarakat kepada bersalah atau tidaknya Antasari Azhar dalam kasus tersebut. Bahkan pemberitaan terus menerus seperti itu menjadikan para pembaca atau penonton televisi akan memandang kalau Antasari tidak bersalah dalam pembunuhan Nasruddin.

Sejumlah pemberitaan seperti di atas merupakan sebagain contoh agenda pemberitaan media massa di Indonesia yang menyebabkan terpengaruhnya agenda publik. Masyarakat beranggapan apa yang menjadi penting bagi media massa juga menjadi penting bagi mereka. Hal inilah yang menjadikan agenda setting sebagai upaya penguasaan opini dan persepsi masyarakat sesuai dengan keinginan media.

2. 4 Dampak Agenda Media terhadap Publik

Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, meraka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Di sinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas Agenda Setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa.

Efek media massa dilihat dari pesan ada tiga, antara lain:
1.Efek kognitif, adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang bendam orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
2.Efek afektif. Efek ini kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
3.Efek behavioral, merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas.

Karena pembaca, pemirsa, dan pendengar memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda media tentu berkaitan dengan agenda masyarakat (public agenda). Agenda masyarakat diketahui dengan menanyakan kepada anggota-anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat (Community Salience). Masyarakat senantiasa akan tertarik dengan apa yang diberitakan secara lebih oleh media massa. Penekanan terkadap suatu topik hingga mengagendakannya menjadi berita utama dari menjadikan publik juga ikut menjadikan hal tersebut menjadi hal yang menarik menurut mereka, hal itu juga disebabkan penyampaian informasi mengenai hal tersebut yang terus menerus.

Topik mengenai pemberitaan kasus Prita dengan Rumah Sakit Omni misalnya. Bagi masyarakat, awalnya pemberitaan itu bukanlah hal yang besar. Namun saat kasus tersebut terus diberitakan secara terus menerus oleh media dengan setiap perkembangannya, maka publik pun ikut terpengaruh untuk mencari tahu lebih mendetail mengenai hal tersebut. Inilah kenapa dikatakan proses pengagendaan berita dalam menyampaikan informasi memberikan dampak yang besar terhadap agenda publik secara lebih besar.

Menurtut McLuhan, bentuk media saja sudah mempengaruhi kita, “The medium is the message,” ujar McLuhan. Teori McLuhan, disebut teori perpanjangan alat indra (sense extension theory), menyatakan bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia, telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Seperti Gatutkaca, yang mampu melihat dan mendengar dari jarak jauh, begitu pula manusia yang menggunakan media massa. McLuhan menulis “secara operasional dan praktis, medium adalah pesan. Ini berarti akibat-akibat personal dan sosial dari media – yakni karena perpanjangan diri kita – timbul karena skala baru yang dimasukkan pada kehidupan kita oleh perluasan diri kita atau oleh teknologi baru … media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia.”

Menurut McLeod, Konsep Agenda Publik dalam tiga kategori, yaitu:
1.Individual Issue Salience atau derajat kepentingan suatu isu berdasarkan prioritas pribadi.
2.Perceived Issue Salience atau pendapat publik tentang apa yang dianggap penting orang lain.
3.Community Issue Salience, derajat penting suatu isu dilihat dari suatu unit sosial. (McLoad and Racver 1975).

Menurut McCombs ada dua pandangan tentang konsep agenda publik akhir-akhir ini, yakni perbedaan interpersonal dan intrapersonal. Agenda interpersonal di sini lebih menekankan pada apa yang dibicarakan oleh seorang individu dengan individu lainnya (antarindividu). Sedang intrapersonal menekankan hanya kepada apa yang dianggap penting oleh seorang individu itu sendiri. Pengukuran agenda publik dapat secara individual yang didasarkan pada persepsi individu. Sedangkan pada pengukuran agenda setting secara antarindividu penonjolan topik berdasarkan persepsi antarindividu dari seluruh responden.

Dari kedua hal tersebut, agenda interpersonal dan agenda intrapersonal merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari agenda pemberitaan media massa dalam menyampaikan pesan kepada orang banyak. Media massa mempunyai andil yang besar dalam mempengaruhi opini masyarakat dalam menanggapi suatu fenomena yang terjadi. Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita juga dapat menduga media massa tertentu berperan juga dalam menyampaikan pengetahuan, keteramplilan, dan nilai-nilai yang baik. Jadi pengaruh penetapan agenda tersebut tidak hanya dapat bersifat negatif namun juga bisa menjadi positif, karena sangat tergantung dari penafsiran dan pemahaman pesan yang diterima dari media massa oleh publik.


3. Kesimpulan

Media massa merupakan sarana penyampaian informasi kepada orang banyak atau dikenal dengan bentuk komunikasi massa. Salah satu cara yang digunakan dalam mempengaruhi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat luas, maka media massa mengatur agenda pemberitaannya. Agenda pemberitaan media massa ini dalam ilmu komunikasi dikenal dengan teori agenda setting atau pengaturan agenda.
Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan dilakukannya penelitian mengenai pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1968 yang menemukan hubungan yang tinggi antara penekanan berita dengan penilaian berita tersebut oleh khalayak pemilih.
Sejumlah pemberitaan media massa di Indonesia yang menyampaikan mengenai suatu topik tertentu yang dianggap penting dan kemudian menjadikannya sebagai pemberitaan utama dengan menambah durasi tentang hal tersebut semakin tinggi dan menyampaikan setiap perkembangan topik tersebut secara terus- menurus ternyata mengakibatkan terpengaruh kepada agenda masyarakat. Topik yang dianggap penting oleh media massa tersebut juga menjadi topik penting bagi publik dengan menjadikannya sebagai topik utama dalam perbincangan keseharian masyarakat.
Ada dua pandangan tentang konsep agenda publik, yakni interpersonal dan intrapersonal. Agenda interpersonal lebih menekankan pada apa yang dibicarakan oleh seorang individu dengan individu lainnya (antarindividu). Sedang intrapersonal menekankan hanya kepada apa yang dianggap penting oleh seorang individu itu sendiri. Pengaturan agenda pemberitaan media massa juga dapat berdampak kepada perubahan sikap publik terhadap sesuatu hal, masyarakat senantiasa menilai baik apa yang dinilai baik oleh media, begitu pula sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Elvinaro Adrianto, et all,2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Jakarta.
Griffin EM, 2003, A First Look At Communication Theory, The McGraw- Hill Company, Inc.
Ilham Prisgunanto, 2004, Praktik Ilmu Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-hari, Teraju, Jakarta

Jalaluddin Rakhmat, 2008, Psikologi Komunikasi, Rosdakarya, Bandung.

Katherine Miller, 2005, Communications Theories; Perspectives, Processes, and Contexts, The McGraw - Hill Company.
Littlejhon Stephen W, 2008, Theories of Human Communication, Wadsworth, California.
McLuhan M, 1964, Understanding Media: The Extensive of Man, New York: McGraw-Hill.
Nuruddin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wenner J. Severin and James W. Tankard, Jr, 1979, Communication Theories: Origins, Methods and Uses, Hastings House, Publishers, New York.
http://komunitasmahasiswa.info/2009/01/teori-agenda-setting-dalam-analisa-efek-film-dan-video/
http://www.wonosari.com/komputer-f38/efek-media-massa-t4239.htm

(Telah Diterbitkan di Jurnal At Tanzir Edisi 2 STAI Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh Barat)

No comments:

Post a Comment