Wednesday, October 10, 2007

Pendidikan Aceh Butuh Kualitas Bukan Kuantitas



Dunia pendidikan merupakan sektor terpenting dalam pembangunan suatu daerah, karena kunci kemajuan tersebut sangat tergantung dari sejauh mana pendidikan itu diperhatikan. Demikian pula halnya dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang kini mendapatkan perhatian yang cukup banyak dari berbagai pihak pasca musibah tsunami 26 Desember 2004 dan perjanjian damai Helsingki 15 Agustus 2005.

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan upaya apa saja yang harus dilakukan untuk pendidikan di Aceh, Dr. Darni M Daud, MA, pakar ilmu pendidikan yang juga Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, menuturkan kepada Lintas Nol. Berikut kutipan wawancara dengan orang nomor satu di Unsyiah tersebut.

Menurut bapak sebagai pakar pendidikan, bagaimana perkembangan dunia pendidikan Aceh saat ini?

Saya melihat dunia pendidikan Aceh sedang memasuki titik transitional, dalam pengertian sedang mengalami masa perubahan, namun kalau semua ini bisa di kelola dan diatur dengan benar maka akan menjadi lebih baik di masa mendatang. Tapi, manakala ini tidak jelas arahnya, maka akan terjadi perbenturan antara satu komponen dengan komponen lain yang akhirnya menjadikan dunia pendidikan kita semakin membingungkan dan tiada arah.

langkah apa yang harus dilakukan untuk memajukan dunia pendidikan kita?

Kitalah yang sangat menentukan praktisi dunia pendidikan ke depan. Karena seperti diketahui sekarang, banyak pihak yang memberikan perhatiannya dan bantuan sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia dan sebagainya. itu semua bermuara pada kita untuk meningkatkan mutu pendidikan. Jadi kalau tingkat pendidikan dasar, menengah sampai tingkat pendidikan tinggi jangan hanya tergantung pada potensi dan harapan mereka . Tapi juga sangat tergantung bagaimana kita memberikan perhatian dan di atas semua itu yang paling penting jangan mempolitisir dunia pendidikan.

Sejauh mana pengaruh konflik dan tsunami terhadap dunia pendidikan di Aceh?

Kita lihat sebelum tsunami dan konflik, yang sangat kental pada waktu itu hanyalah perasaan was-was dengan konsep pencerahan yang akan digalakkan di berbagai universitas dan sekolah di Aceh. Namun pasca tsunami, Aceh menjadi wilayah terbuka dengan sendirinya dan kekhawatiran masa lalu pun menjadi hilang. Apalagi setelah adanya MoU damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah 15 Agustus 2005 yang akhirnya membawa kedamaian yang senantiasa dinantikan seluruh masyarakat di Aceh.

Perubahan apa saja yang tampak dari masyarakat?

Memang terdapat perbedaan yang cukup signifikan, ditandai oleh beberapa kesuksesan dalam dunia pendidikan yang sudah mulai terlihat sekarang ini dan cukup penting juga ternyata kalau ada sekolah-sekolah yang bagus atau sekolah yang menawarkan program cukup baik. Masyarakat kita mulai sadar untuk menyekolahkan anaknya ke sana. Tapi dalam sisi lain memang ada juga masyarakat yang sangat berat dan inginnya hanya sekolah gratis, Seolah-olah mereka tidak makan. Ini suatu persepsi yang keliru saya kira.

Di Amerika misalnya, partisipasi masyarakat di sana untuk membangun pendidikan itu cukup gigih dan cukup pesat sekali. Mereka mewakafkan harta untuk dunia pendidikan. Tapi, kalau kita di sini sebaliknya, masih banyak masyarakat yang mampu, namun selalu mencari pendidikan yang gratis. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti beli handphone baru, mereka mau memberikan uang lebih untuk anaknya. Hal inilah yang sangat kita sayangkan dalam dunia pendidikan saat ini.

Lalu, bagaimana dengan banyaknya sekolah-sekolah bantuan asing?

Kehadiaran mereka di Aceh bertujuan untuk membangun sekolah, saya kira hal ini telah memberikan pencerahan bagi masyarakat bagaimana pendidikan harus dibangun. Bagaimana pastisifasi masyarakat untuk ditumbuh kembangkan, saya kira ini pastisipasi yang cukup positif. Meskipun tentunya ada aspek-aspek negatif. Namun semua itu sangat tergantung dari kontrol masyarakat dan pemerintah Aceh sendiri.

Namun untuk menyekolahkan anaknya di sekolah asing dan favorit juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, ini bagaimana?

Ada yang mengatakan bagaimana dengan mereka yang dari komponen kurang mampu, inilah peran pemerintah memberi bantuan itu. Jadi saya tidak melihat pemikiran yang propertif. Istilah Mahatir Mohamad, bukan pemikiran pemuda yang propertif kalau semua ingin bebas biaya. Yang saya pikir, sebaiknya keluarga yang mampu harus memberikan bantuan lebih untuk pendidikan, toh nantinya dapat membantu masyarakat keluarga yang dari kurang mampu.

Kita sekarang ini terkadang salah kaprah. Semua mau bebas, anak orang kaya yang memiliki mobil lima dirumahnya atau perusahaan pun mau melakukan demo minta SPP gratis. Kalau maunya free bagaimana kita bisa meningkatkan mutu pendidikan Aceh. Dalam kontek global, masyarakat menginginkan mutu lebih baik, tapi di sisi lain mereka tidak mau mengeluarkan biaya. Padahal dimanapun yang namanya pendidikan itu tidak terlepas dari modal dan butuh dana. Inilah yang saya kira perlu dijadikan pemahaman. Dan pemahaman ini hendaknya harus dilakukan segera, jangan ditunggu, karena kalau sudah terlambat nantinya baru sadar jika kita sudah tertinggal.

Jadi, gartis bagaimana yang sebenarnya dimaksudkan?

Pendidikan gratis yang di gembar-gemborkan itu saya kira bukan gratis dalam artinya keseluruhan, tetapi juga membutuhkan beli buku atau perlengkapan praktikum yang lebih baik. Nah, coba kita lihat perguruan tinggi misalnya. Mahasiswa inginnya membayar uang kuliahnya itu paling rendah di dunia. Tapi di sisi lain kan kita ini juga butuh berbagai tambahan fasilitas. Karena bagaimanapun dunia pendidikan itu butuh dana, dan anak-anak sendiri itu butuh buku, butuh fasilitas dan sarana pendukung lainnya untuk memperluas cakrawala.

Lalu, dengan kondisi dan kesejahteraan guru di Aceh saat ini sendiri bagaimana?

Pendidikan yang baik bukan sekedar meningkatkan mutu saja, tapi juga membarikan kesejahteraan bagi tenaga pengajar, dan saya pikir ini sisi bagus yang harus diperhatian dan perlu didukung semua pihak. Serta tidak beranggapan ini semua urusan pemerintah semata, tetapi dalam hal ini masyarakat juga tidak bisa bebas dari tanggung jawab ini. Sebab bagaimanapun menurut undang-undang dan kebutuhan guru, pemerintah dan masyarakat juga harus memberikan partisipasi yang optimal. Jadi kondisi sekarang masih belum optimal seperti yang kita harapkan. Tetapi harapan kita ya setidaknya guru untuk ke dapan dapat memproleh kesejahteraan yang lebih baik. Sehingga tidak dijumpai lagi guru yang harus hidup di bawah garis kemiskinan.

Kita lihat saat ini terjadi perbedaan fasilitas antara sekolah di desa dengan di kota, ini bagaimana?

Nah inilah tugas pemerintah dan berbagai pihak yang berperan dalam bidang pendidikan. Jadi, kalau ada bantuan jangan dialokasikan untuk satu daerah saja, tapi juga memerlukan adanya kesetaraan dengan daerah-daerah lainnya, termasuk wilayah terpencil. Inilah sebabnya kenapa penting pemetaan secara baik di sekolah-sekolah di seluruh Aceh. Sehingga nantinya masyarakat di seluruh Provinsi NAD dapat menempuh pendidikan dengan fasilitas dan mutu yang sama.

Dengan semakin banyaknya bantuan dari lembaga donor dalam maupun luar negeri, maka secara tidak langsung jumlah sekolah di Aceh terus bertambah. Apakah hal ini akan mempengaruhi efektivitas pendidikan?

Saat ini di satu desa saja ada yang dibangun sekolah dasar lebih dari satu, padahal saya rasa itu hal yang tidak terlalu penting. Melainkan yang harus diperhatikan saat ini bukan banyaknya sekolah tapi mutu dari sekolah tersebut. Atau dengan kata lain, yang dibutuhkan bukanlah kuantitasnya, tapi kualitas pendidikan yang lebih baik.

Dulu kita lihat satu komplek atau petak tanah dibangun lima sekolah. Ada apa ini, cuma bertujuan agar banyak jabatan di sekolah-disekolah? Saya kira ini fikiran-fikiran yang konvensional dan tidak maju gitu. Kita harus merobah tatanan dan pola pikir itu. Yang saya maksudkan kita bisa melihat lebih luas. Kita ini kan perlu berpikir dan bertindak secara lebih terprogram dari pada kita bangun sekolah banyak. Untuk apa sekolah banyak, kalau gurunya tidak mencukupi, bukankah lebih baik satukan saja sekolah itu. Demikian pula halnya dengan kepala sekolah perlu untuk diseleksi dengan benar dan bukan sekedar untuk bagi-bagi jabatan.

Lalu, bagaimana dengan fasilitas transportasi khusus sekolah yang saat ini tampak masih sangat kurang?

Sebaiknya tiap sekolah itu punya bis sendiri, baik itu sekolah yang ada di perkotaan ataupun sebaliknya. Selain untuk membantu siswa saat akan pergi atau pulang dari sekolah, hal tersebut juga berguna untuk melatih disiplin anak-anak. Mereka tunggu dimana, jadi orang tuanya cuma mengantar sesuai jadwal masuk sekolah. Selama ini orang tua semua sibuk bekerja, sehingga mengharuskan mereka untuk membagi waktu untuk mengantar atau menjemput anak, sehingga tampak terlalu direpotkan. Sebenarnya itu semua tidak perlu terjadi jika kita bisa menyiapkan bis khusus yang membantu transportasi siswa. Bukanlah satu bis itu lebih murah daripada membangun satu sekolah?

Harapan bapak untuk dunia pendidikan di Aceh di masa mendatang?

Saya harapkan mutu pendidikan di Aceh di masa mendatang akan lebih baik, dan untuk mewujudkan hal itu tentunya sangat dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dari pemerintah Aceh sendiri. Bukanlah saat ini kita telah mendapatkan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Nah, ini kita harapkan dapat dimanfaat oleh pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak pada sektor dunia pendidikan, sehingga tidak ada lagi anak-anak Aceh yang tidak bisa menempuh pendidikan atau putus sekolah hanya dikarenakan masalah biaya.

Dunia pendidikan merupakan faktor terpenting dalam membangun suatu daerah, jika suatu daerah pendidikan rendah, maka akan rendah pula pembangunannya, demikian pula sebaliknya. Selain itu kita juga mengharapkan mutu pendidikan di Aceh akan semakin meningkat, jika sebelumnya mutu pendidikan kita termasuk ke dalam kategori wilayah yang pendidikannya masih rendah, mudah-mudahan hal ini tidak lagi di alami dunia pendidikan Aceh di masa mendatang***Rizha

Dipublikasikan di Tabloid Lintas Nol Edisi I (September 2007)

4 comments:

  1. kalau mmg pemerintah kurang serius dalam menangani permasalah pendidikan, selamanya pendidikan di aceh akan terbelakang jd melihat aceh itu jgn cuman melihat banda aceh saja tapi secara keseluruhan dunia pendidikan aceh masih rendah, apapun jenis solusi yangdiberikan tetap tidak akan jalan klau borokrasi kita masih pilih kasih dan kurang kopeten dalam menangani pendidikan, jd sekarang mari berbenah untuk aceh yang baru dan bermartabat.

    ReplyDelete
  2. apa yang dilakukan pemerintah harus punya komitmen ,,,, kaluo pemerintah betul-betul ingin memajukan pendidikan bukan sekedar kometar saja ..... pahami dulu maksud pendidikan baru bisa andar komentari

    dari zulhadi

    ReplyDelete
  3. pendidikan menjadi pondasi utama kemajuan bangsa, ketika pendidikan dipermainkan oleh politik dan di komersilakan, jangan harap penddkan kita akan maju......Aceh mash sangat tertinggal dalam bdang penddkan......

    ReplyDelete
  4. pendidikan menjadi pondasi utama kemajuan bangsa, ketika pendidikan dipermainkan oleh politik dan di komersilakan, jangan harap penddkan kita akan maju......Aceh mash sangat tertinggal dalam bdang penddkan...

    ReplyDelete